Salah satu
pertanyaan “kritis” yang diajukan oleh misionaris adalah “Mengapa babi
diciptakan jika ia haram? Untuk apa diciptakan jika tidak ada kemanfaatan?”
Seperti
dibahas dalam artikel sebelumnya, Al Quran dengan tegas menyatakan haramnya
daging babi. Bahkan, pengharaman babi disebutkan empat kali. Yakni di Surat Al
Baqarah ayat 173, Surat Al Maidah ayat 3, surat Al An’am ayat 145 dan surat An
Nahl ayat 115.
Belakangan,
ditemukan 10 fakta ilmiah yang menjelaskan hikmah diharamkannya babi.
Misionaris
yang bertanya seperti itu, pun dengan pengikut-pengikutnya yang mengkonsumsi
babi, seharusnya juga tahu bahwa babi juga haram dalam Injil. Dr Zakir Naik
menjelaskan, larangan makan babi tercantum dalam kitab Imamat 11:7-8, kitab
Ulangan 14:8 dan kitab Yesaya 65:2-5.
Jadi jika
diharamkan untuk apa babi diciptakan? Di antara hikmah penciptaan babi adalah:
1. Untuk menguji manusia
Babi yang
diharamkan sebenarnya merupakan ujian untuk manusia seberapa ia patuh kepada
Sang Pencipta. Manusia yang memakannya, maka ia tidak lulus dalam ujian itu.
Manusia yang berpegang teguh pada larangan Allah dengan tidak memakannya, maka
ia lulus dalam ujian itu.
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ
عَمَلًا
“Dialah
(Allah) yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kalian siapakah di antara
kalian yang paling baik amalnya.” (QS. Al Mulk: 2)
2. Sarana meneguhkan manusia
Sebagai
khalifatullah Manusia adalah khalifatullah fil ardh yang bertugas memakmurkan
bumi. Banyak hewan yang dikira tidak memiliki manfaat ternyata membuat manusia
menjadi kreatif dan berdaya. Termasuk babi. Dengan adanya babi, manusia bisa
mengetahui tentang berbagai (bibit) penyakit yang dibawa binatang itu dan
tertantang untuk meneliti obatnya.
Seperti
diketahui, babi mengandung cacing pita bahkan merupakan carier virus flu babi
(swine influenza).
3. Sebagai pelajaran agar tidak
menjadi sepertinya
Babi dikenal
sebagai binatang yang malas, jorok dan rakus. Begitu joroknya babi, ia sampai
memakan kotorannya sendiri. Bahkan, makanan yang akan ia makan kadang-kadang
dikencingi dulu sebelum dilahap.
Rakusnya
babi bisa dilihat dari makanan apapun yang ada di depannya akan dilahap. Sampah
dan kotoran pun dilahap. Bahkan demi memuaskan kerakusannya, makanan yang telah
memenuhi perutnya dimuntahkan kemudian dimakannya kembali.
Adanya babi
selayaknya mengingatkan manusia agar tidak malas, tidak jorok dan tidak rakus.
Allah Subhanahu
wa Ta’ala menggunakan babi sebagai perlambang keburukan. Bahkan, ada kaum
terdahulu yang dikutuk menjadi babi karena perbuatan buruknya.
قُلْ هَلْ أُنَبِّئُكُمْ بِشَرٍّ مِنْ ذَلِكَ مَثُوبَةً عِنْدَ اللَّهِ مَنْ
لَعَنَهُ اللَّهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ
وَالْخَنَازِيرَ وَعَبَدَ الطَّاغُوتَ أُولَئِكَ شَرٌّ مَكَانًا وَأَضَلُّ عَنْ
سَوَاءِ السَّبِيلِ
Katakanlah
(Muhammad), "Apakah aku akan beritakan kepadamu tentang orang yang lebih
buruk pembalasannya dari (orang fasik) di sisi Allah? Yaitu, orang yang
dilaknat dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan
babi dan (orang yang) menyembah thaghut." Mereka itu lebih buruk tempatnya
dan lebih tersesat dari jalan yang lurus. (QS. Al Maidah: 60)
Wallahu
a’lam bish shawab...
Sumber :
kabarterupdate.com
Tidak ada komentar:
Write komentar