Selama ini kita mengira Supir Angkot Cantik dan Kuli Bangunan Cantik
mungkin hanya ada didalam FTV saja. Tapi ternyata di manado ada seorang
supir angkot cantik yang bekerja keras untuk membantu keluarganya dan
bekerja layaknya seorang lelaki untuk biaya perkuliahan dia dan biaya
kehidupan lainnya.
Tegar jalani hidup yang keras, sopir angkot cantik mahasiswi Manado
ini menginspirasi. Pekerjaan pria biasa ia lakukan, tidak malu atau
gengsi, hebat!

Bertubuh tinggi dan berhidung mancung.
Pemilik kulit kuning langsat ini berusia 21 tahun.
Ia masih tercatat sebagai mahasiswi semester 7 Akademi Manajemen
Informatika Komputer (AMIK)-Sekolah Tinggi Manajemen Informatika
Komputer (STMIK) Manado.
Di kampus, dia dikenal sosok yang cerdas dan mudah bergaul.
Di kampung halamannya, Likupang, Minahasa Utara, Brenda dikenal sebagai sopir angkot cantik jurusan Likupang-Tatelu.
Banyak yang tidak percaya jika Brenda begitu terkenal di Terminal Likupang sebagai sopir mikrolet.
Selain karena cantik dan memiliki perawakan bak model, Brenda adalah seorang mahasiswi.
Namun demi membantu ekonomi keluarga, pekerjaan keras yang biasa dilakukan kaum pria, dia kerjakan.
Tak hanya sopir angkot, Brenda juga nekat angkat karton-karton berisi air mineral untuk dipasok ke warung-warung.
Brenda Si Supir Angkot Cantik Bahkan pernah menjadi kuli bangunan
Saat ditemui di tempat kosnya di Jalan Kembang Kecamatan Sario,
Manado, pekan lalu, Brenda mengungkap perjalanan hidupnya yang begitu
keras namun menginspirasi itu.
“Saya anak kedua dari tiga bersaudara. Saya lahir di Rasi, Ratahan,
Minahasa Tenggara,” kata Brenda yang kini tinggal di Likupang, Minahasa
Utara.
Semasa kecilnya, ayah Brenda adalah seorang sopir angkot di Ratahan.
Mengabdi kepada seorang bos, ayah Brenda mengendarai angkot jurusan Tombatu-Ratahan atau Liwutung- Ratahan.
“Ayah juga kerja sampingan memelihara ayam, ikan mas, dan ikan mujair. Ia juga pernah memelihara katak sawah,” ujarnya.
Melihat kesulitan ekonomi di keluarganya, saat duduk di kelas 4 bangku
Sekolah Dasar (SD), Brenda sudah mulai turun ke jalan jualan ikan.
Ia berteriak “ikan manta (mentah)” untuk menarik pembeli.

“Saat mau naik ke kelas enam, kami pindah ke Likupang Timur,” kenangnya.
Di Likupang, ayahnya tetap mengais rejeki dengan menjadi sopir mikrolet.
Dan saat duduk di kelas 1 SMP di Likupang, sang ayah mulai mengenalkan mobil kepadanya.
“Mobil itu walau bekas sudah merupakan milik sendiri. Saya mulai dikenalkan mobil. Itu setelah ayah selesai bekerja,” katanya.
Ayah Brenda punya cara unik mengajarkannya sebelum benar-benar memegang setir, mengendarai mobil.
Ia disuruh belajar membuka ban, menyapu dan melihat mesin.
“Ini agar saya bisa mengganti ban saat ban kempis di hutan,” katanya.
Sambil belajar mobil, Brenda masih berjualan.
Ia menjual pisang goreng, dan ikan masak sepulang sekolah.
“Polisi dan tentara di kampung kenal saya sebagai penjual pisang, sebelum mendjadi supir angkot cantik” ujarnya.

Tidak ada komentar:
Write komentar