Senin, 05 Desember 2016

Inilah Liputan Seorang Wartawati Nonmuslim pada Aksi Damai 212

Bermodal nekat seorang wartawati nonmuslim meliput Aksi Damai 212. Inilah sekelumit pengalaman sekaligus liputan yang berhasil ia tuliskan:

Sebenarnya, kantor aku ga mempersiapkan aku untuk menghadapi liputan Aksi Bela Islam III. Engggak seperti kantor media lainnya yang meminta reporternya melepas ID Card, memakai baju gamis atau koko putih serta atribut Islami lainnya buat yang cowok, buat yg cewek pake hijab atau kerudung. Bahkan ada kantor yang sudah siapkan bekal buat reporternya Utk liputan aksi yg disebut2 sebagai aksi 212. Plus bekal odol Utk jaga2 terjadi seperti aksi 411. 

Sebenarnya rada takut juga liputan aksi 212, secara aku beragama Non-Muslim dari media yang disoroti sama FPI sebagai medianya Ahok. Tapi karena aku hanya prajurit yang menjalani tugas dari kumendan di kantor, oke aku jalani saja.
Karena opang (ojek pangkalan) langganan ga bisa nembus Monas, akhirnya aku berhenti di Jalan Abdul Muis. Dan melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki melewati Jalan Budi Kemulyaan.

Rasa takut pun hilang, karena mereka yang mengagung-agungkan kebesaran Tuhannya pasti tidak akan sanggup menyakiti manusia lain.
Lalu bapak memakai peci putih menyodorkan sebotol air mineral kepadaku.
“Haus ya Mbak? Nih ambil saja. Kita sudah sediakan banyak kok untuk teman-teman disini,” ujar bapak itu. Terharu, aku ambil botol air minum itu sambil mengucapkan terima kasih.
Aku pun melanjutkan perjalanan bersama lautan massa. Berkali-kali aku ditawarkan makanan bungkus atau kue-kue kecil yang sudah disiapkan warga untuk para pendemo. Terpaksa aku tolak, karena akan menyulitkan aku menjalankan tugasku.
“Monas penuh,” demikian kata massa. Lalu mereka pun menggelar koran dan sajadah untuk shalat Jumat di jalan.

Mungkin aku satu-satunya perempuan yang tidak memakai hijab atau kerudung. Tetapi, tak satupun massa mempermasalahkan keberadaanku yang berbeda dengan mereka.
Meski sempat tertahan di perempatan Indosat, akhirnya aku berhasil menembus jalan menuju Monas. Kemudian mendengar ceramah Shalat Jumat yang menyejukkan. Penceramah itu mengatakan, “Hai orang Kristen, kalian saudara kami, hai orang Hindu, kalian juga saudara kami. Begitu juga dengan orang Katolik, Budha dan Konghucu, kalian adalah saudara kami. Kita adalah sama, yang berbeda hanya agama kita. Dan kita tetap bersatu dalam NKRI.”

Sejuk, damai dan tenang hati ini mendengarnya.
Tak berapa lama kemudian, hujan turun, mulai dari rintik-rintik hingga sangat deras. Aku pun mencari tempat berteduh, lalu seorang perempuan memakai hijab mengajak ku berteduh di tenda mereka, tenda Relawan Indonesia. Meski tetap basah kuyup, setidaknya kepalaku terlindungi dari derasnya hujan. Terima kasih, Bu (entah siapa namanya).

Namun hujan deras, tak membuat massa bergerak sedikit pun dari tempat duduk mereka. Bahkan mereka semakin khusuk dan khidmat dalam menjalankan ibadahnya. Luar biasa!!!
“Massa pun lebih tertib. Sampah dikumpulkan di plastik-plastik sampah atau kepada massa yg bertanggung jawab mengumpulkan sampah. Bagaimana dengan taman? Aaahh mereka juga menjaga taman tidak rusak. Bahkan mereka saling mengingatkan untuk tidak menginjak tanaman yang ada di taman-taman tersebut”
Massa pun mulai membubarkan diri seusai salat Jumat, sekitar 12.45 WIB. Jalan-jalan ibukota mulai normal kembali sekitar pukul 16.00 WIB.

Terima kasih untuk sahabat-sahabat yang telah menemaniku dalam aksi 212. Terima kasih kalian begitu baik dan tak mau terprovokasi sehingga tak terjadi lagi peristiwa di aksi 411.
Meski ada segelintir oknum dari massa yang mencoba memprovokasi, tapi kalian tetap tenang. Terima kasih telah membiarkan aku dan teman-teman wartawan lainnya dapat meliput dengan tenang dan aman.

Demikian sekelumit kisah liputan ku dalam aksi 212, Aksi Bela Islam III. Salute to all of you!!
Itulah yang ditulisnya seperti dilansir dari Bangka.tribunnews.[]

Tidak ada komentar:
Write komentar